PROLOG
"Haaaah... Haaah... Haaah".
Suara hela nafas yang lelah tak beraturan keluar masuk dari mulut D', di ikuti
badan yang mulai mendoyong-doyong dengan penuh luka sayatan dan darah, ia tetap
berusaha sadar dan bangun dibalik tubuh yang hapir roboh tergeletak tak berdaya
di gang jalan sepi itu.
"Hmm... Kau terlambat D'."
Sosok pria mesterius berpakaian hitam sabil tersenyum ringan memandang jam
tangan dipergelangan kirinya yang telah menunjukan pukul 01.04 malam.
"Kau memang manusia istimewa
yang pernah ada D' tapi kau juga adalah manusia yang paling bodoh. Kau tahu,
apa yang menyebabkanmu menjadi bodoh. Hatimu D', Hatimu lemah. Kau kira dengan
mengisi hati dengen cinta semua bisa menerimamu dan bisa menghapuskan
kebencianmu, Hmm?". Desis cakap pria itu padanya dan sesaat terdiam dan
suasana pun menjadi sedikit tenang, hening namun canggung.
"Hehe kau munafik D', ketahuilah
anjing tetaplah anjing dan jangan berhayal menjadi pangeran suci. Ingat kau
lahir dari kebencian, kau tersisih dan tak ada jalan untukmu pulang dan
kembali. Hmm, kau lemah D', dan sekarang izinkan aku membantumu melepes
kelemahan dan ketakutanmu itu D', hehehe". Nada tinggi si pria itu
meyakinkan ucapannya pada D'.
D' menatap tajam sosok pria misterius
dihadapannya itu dengan pandangan yang mulai remang - remang berkunang dan
tatapan mata penuh kebencian tertujuh pada pria itu. Tak lama setelah ia
berhenti bicara kemudian pria itu menodongkan pistol dikepala seorang wanita
berparas cantik dengan dress putih agak kumal yang tesipu di sebelah pria
tersebut.
"Jedeeeeeeeerrrrrrr!!!".
*****
"Liinaaaaaaaaaaaa!!!".
Jerit D' terperanjat dari tempat
tidurnya dengan nafas yang terengah-engah, "Haah..Haah..Haah".
Keringat dingin bercucuran di tubuh besar berotot itu. Perasaan cemas dan takut
menyelimuti bayangan dibenaknya, sejenak D' menenangkan pikirannya yang sedang
kacau itu dengan menghela nafas panjang, "Hemmmmmm!!".
Setelah ia rasa agak mending, D'
menoleh ke kiri melihat tato hitam bercorak api dilengan tangannya sambil
berangan dan meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja pada dirinya namun
ia tetap saja terpaku di atas ranjang kasur warna putih dengan selimut yang
berantakan.
"Mimpi!", D' berbisih lirih
pada dirinya, sekali lagi ia mengambil nafas panjang dan menyakinkan dirinya
bahwa yang di alaminya itu hanyalah mimpi. Dua menit berlalu, D' bangun dari
lamunannya dan berdiri mencoba merapikan tempat tudurnya. Bergegas ia mengambil
handuk berwarna putih kecoklatan dan sesegera ia menyampirkanya dipundak
lantas berjalan ke kamar mandi disudut ruang itu.
"Tok..Tok..Tok!!!".
Terdengar ketokan suara pintu dari luar.
" Tokk..Tokk..Tok!!".
Gedoran pintu itu semakin keras dan akhirnya D' menyadari ada suara ketukan
pintu depan kontrakannya dan bergegas memakai handuk namun ia masih mengigit
sikat giginya yang masih berbusah. Iya, saat itu D' masih dikamar mandi
membersikan dirinya dan bergegas berangkat kerja, karena jam sudah menunjukan
pulul 07.30.
"Siepa sih, pigi-pigi gini
ngehor-gehor pintu keres benget". Gumam dari mulutnya yang penuh busa
pasta gigi sambil berjalan menuju pintu depan sambil meneruskan giat sikat
giginya.
"Iyaa, Sebentar!!".
"Seeeeetttt!!". D' membuka
pintu perlahan. "Iyaa, ada apa? Ngga tau orang lagi mandi apa?".
Sahut D' cuek dengan mulut yang masih berbusa tanpa melihat wajah si tamu.
"Hey D', kau masih saja sama
seperti dulu ya!". Sapa si tamu itu,
"KAUUU!!!". D' melotot
kaget melihat wajah si tamu misterius itu. . . . .
TO BE CONTINUE CHAPTER 001. . . .
0 komentar:
Posting Komentar