Aku beFitriah
disela-sela kabut pagi yg perlahan menghilang di pandangan,
Ku rasakan tetesan-tetesan embun yg melekat sejuk di kulit, membuat diri seperti melayang diatas awan
Berjalan dan terus berjalan,
Menapak jalan tanah hitam buatan yg bergelombang
Perlahan,
Ku dengar hembusan angin semilir lembut, menari-nari disela" pori kehidupan.
Tenang, . .
Nyaman, . .
Tentram, . .
Sesaat aku berhenti,
Sejenak aku sandarkan tubuh mungil diatas rumput yg tumbuh disela" beton
Ku pandang, ku amati. .
Langit yg mulai membiru, memecah awan menjadi ombak di atas langit,
Dibumbui burung" berdendang meliku-liku dan menari kesana kemari memberikan isyarat kedamaian. .
Lalu, beberapa pohon tua peok yg mendayu-dayu sambil menebar pesona menunggu ajal melambai kepada sang awan
dan lanjut sang mentari yg mulai kini malu" menampakan wajahnya, tidak mau ketinggalan sambut kawan"nya untuk menyambut tugas dariNya. .
Belum klimaks aku terpanah dg lukisan Tuhan,
Aku tersentak bagai tersambar listrik sepuluh ribu, saat lamunan terpecah oleh suara dari sebrang,
Dalam sadarku aku mulai berfikir apa yg tak mau aku fikir,
Dan sejenak aku bertanya dalam angan, memecah keheningan. . .
"Yaa Tuhan, sentuhanMU sungguh mempesona, melukiskan langit yg indah diatas kaki sang pendusta"
By : F'Days
Request : Bu Fitriah
disela-sela kabut pagi yg perlahan menghilang di pandangan,
Ku rasakan tetesan-tetesan embun yg melekat sejuk di kulit, membuat diri seperti melayang diatas awan
Berjalan dan terus berjalan,
Menapak jalan tanah hitam buatan yg bergelombang
Perlahan,
Ku dengar hembusan angin semilir lembut, menari-nari disela" pori kehidupan.
Tenang, . .
Nyaman, . .
Tentram, . .
Sesaat aku berhenti,
Sejenak aku sandarkan tubuh mungil diatas rumput yg tumbuh disela" beton
Ku pandang, ku amati. .
Langit yg mulai membiru, memecah awan menjadi ombak di atas langit,
Dibumbui burung" berdendang meliku-liku dan menari kesana kemari memberikan isyarat kedamaian. .
Lalu, beberapa pohon tua peok yg mendayu-dayu sambil menebar pesona menunggu ajal melambai kepada sang awan
dan lanjut sang mentari yg mulai kini malu" menampakan wajahnya, tidak mau ketinggalan sambut kawan"nya untuk menyambut tugas dariNya. .
Belum klimaks aku terpanah dg lukisan Tuhan,
Aku tersentak bagai tersambar listrik sepuluh ribu, saat lamunan terpecah oleh suara dari sebrang,
Dalam sadarku aku mulai berfikir apa yg tak mau aku fikir,
Dan sejenak aku bertanya dalam angan, memecah keheningan. . .
"Yaa Tuhan, sentuhanMU sungguh mempesona, melukiskan langit yg indah diatas kaki sang pendusta"
By : F'Days
Request : Bu Fitriah
0 komentar:
Posting Komentar